Bismillahirrahmanirrahim
Asalamualaikum teman2 :) Apa khabar??
Lama tak bersua... ceh, macam ckp sorang2 plak. hehe.
Ni, ttg kekuatan ea;) renungan kita bersama...
Kekuatan itu milikMu Rabb. |
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-Mu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat." (QS.An-Nashr 100:1-3)
Kekuatan adalah hal yang mutlak dimiliki untuk mencapai suatu kemenangan. Kita memerlukan kekuatan untuk mencapai kemenangan dalam kesulitan hidup dan mengatasi hawa nafsu. Demikian pula demi mencapai kemenangan dalam mengalahkan musuh-musuh Islam. Walhasil,
kita memang harus terus menerus menggalang kekuatan yang ada pada diri kita.
Tanpa hal yang satu ini - lemah dalam hal fizikal, ekonomi, kepandaian misalnya - terbukti telah membuat kita tidak dapat berperanan sebagai makhluk yang unggul yang membawa manfaat banyak, baik bagi diri sendiri lebih-lebih bagi sesama. Bahkan lebih jauh dari itu, kita menjadi tertindas, adakah itu oleh hawa nafsu sendiri atau oleh makhluk-makhluk yang tidak menyukai kebenaran.
Dengan demikian, kita sayugianya terus-menerus menggalang kekuatan yang telah dianugerahkan Allah pada diri kita. Akan tetapi, hendaknya segera disedari bahwa tidaklah cukup hanya kekuatan zahir yang kita perlukan.
Ada satu kekuatan lain yang terkadang dilupakan dan tidak dibangun dengan sungguh-sungguh. Padahal kita mampu membangunnya dengan tanpa memerlukan biaya ataupun pertolongan orang lain. Dengan kekuatan ini kita jestru boleh menang melawan apapun dan siapapun. Kekuatan apakah itu?
Pada abad ke-7 Hijriah telah terjadi pertempuran yang sangat dahsyat dan monumental. Ketika itu bangsa Tartar di bawah pimpinan Jengish Khan menyerbu dan memusnahkan negara-negara yang dihuni oleh penduduk muslim, bagaikan air bah yang tak tertahankan. Inilah babak sejarah yang paling kelam bagi umat Islam ketika itu kerana telah dilindas habis oleh bangsa tartar. Mereka benar-benar tidak terkalahkan. Pedang-pedang tentara Islam seakan tumpul, tiada daya.
Tersebutlah ketika itu ada seorang ulama mursyid bernama Syeikh Jamaluddin dari Bukhara. Beliau seorang ulama yang bersih dan mursyid yang tulus. Suatu hari bersama para muridnya ia melakukan perjalanan hingga sampailah ke tempat berburu yang merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Taklak Timur Khan, seorang cucu Jengish Khan.
Akibatnya mereka pun ditangkaplah oleh pasukan keamanan lalu dibawa ke hadapan Taklak Timur Khan."Siapakah engkau dan dari mana?", tanya Timur Khan."Namaku Jamaluddin dan berasal dari Bukhara sebagai seorang Parsi."
Mendengar jawapan tersebut cucu Jengish Khan ini serta-merta berkata sinis, "Orang parsi itu lebih hina daripada anjing!" Dengan tenang Syeikh Jamaluddin lalu menjawab, "Ya benar!
Andaikata tidak diberi cahaya kemuliaan dengan agama yang benar, niscaya kami lebih hina daripada anjing."
Kalimat singkat ini diucapkannya dengan disertai keyakian yang mantap, sehingga mengggelitik hati Timur Khan. "Apa maksud kata-katamu itu?" Dengan izin Allah Syeikh Jamaluddin menjelaskan keindahan Islam sedemikian rupa sebagai buah dari kecintaannya terhadap agama Allah. Ia menjelaskan betapa luhurnya Islam itu disertai dengan tutur kata dan sikap akhlakul karimah. Diterangkannya pula betapa kekufuran telah membawa martabat manusia merosot, sehingga menjadi hina daripada seekor anjing.
Mendengar penjelasan itu, tergetarlah hati Timur Khan. "tetapi aku saat ini belum menjadi kaisar, andaikata nanti aku sudah menjadi penguasa, maka aku akan masuk Islam," ujarnya.
Waktupun berlalu dan tibalah saat ajalnya Syeikh Jamaluddin. Menjelang ajalnya, ia lalu berkata kepada anaknya, "Wahai anak, suatu saat Taklak Timur Khan akan menjadi kaisar. Bila nanti ia sudah menjadi penguasa, maka datangilah olehmu. Sampaikanlah salamku dan ingatkanlah ia akan janji yang pernah diucapkannya dulu."
Singkat cerita, ketika tersiar berita Taklak Timur Khan diangkat menjadi kaisar, berangkatlah putera Syeikh Jamaluddin hendak menemuinya. Kebetulan ketika itu sang kaisar sedang berburu dan membangun kemah tidak jauh dari tempatnya berburu itu. Sampai di
sana ternyata ia tidak diizinkan masuk oleh para pengawalnya. Ia pun tidak kehabisan akal. Pada suatu malam menjelang subuh, dengan perlindungan Allah, ia lalu mengumandangkan adzan sekeras-kerasnya tidak jauh dari kemah kaisar. Keruan saja Timur Khan terbangun dengan terkejutnya. Dengan muka merah padam ia berteriak kepada pengawalnya, "Siapa itu yang berteriak-teriak malam-malam begini, berani benar orang itu mengganggu tidurku!"
Para pengawalnya serentak menangkap dan menyeret putera Syeikh Jamaluddin ke hadapan kaisar. "Siapa kamu?" bentak sang kaisar dengan marahnya. "Saya putera Syeikh Jamaluddin, bermaksud menyampaikan salam dari beliau untuk Baginda. Dan saya hanya ingin mengingatkan janji yang pernah Baginda ucapkan dulu di hadapan ayah saya," jawabnya tenang.
Mendengar nama itu sang kaisar serta-merta laksana disiram air dingin, reda marahnya dan luluh hatinya. Singkat kata, sang kaisar pun mengikrarkan dua kalimah syahadat, masuk Islam, yang waktu-waktu berikutnya kemudian diikuti oleh seluruh pegawai kerajaan dan rakyatnya.
Itulah momentum berubahnya bangsa Tartar yang terkenal amat bengis dan kejam menjadi bangsa yang bersujud di ribaan Islam. Dari yang tadinya suka memusnahkan kerajaan-kerajaan Islam dengan kekuatan dan keperkasaannya, ternyata malah luluh lantak hatinya dengan sebuah perkataan.
Ratusan ribu pedang tentara Islam tak berdaya melawan keganasan mereka, tetapi beberapa kata yang terucap jestru mampu menghujam kalbunya, sehingga membuat kerajaan yang tidak pernah tertaklukkan itu menjadi benteng Islam yang teramat kokoh dan tegar saat itu.
Memang, Syeikh Jamaluddin adalah seorang ulama yang begitu tinggi cahaya ruhaninya. Kata-kata yang diucapkannya, sorot matanya, caranya berjalan, sikapnya, bahkan segenap peribadinya memancarkan kuasa yang betul-betul membuat orang yang melihat dan mendengarkannya terpesona. Bahkan dengan begitu ia menjadi jalan orang-orang bisa melihat bukti betapa mulianya Islam.
Jestru itu, kekuatan" inilah yang sekarang sering dipertanyakan. Mengapa ada da'i atau mubaligh yang telah berkata banyak tentang agama, ajakan menuju jalan kebenaran Islam begitu berhamburan diucapkannya dengan disertai dalil-dalil yang tak terbantahkan, tetapi kurang atau bahkan tidak memiliki daya hujam ke hati sanubari orang-orang yang mendengarkannya? Jawabannya adalah mungkin kekuatan cahaya ruhiyahnya yang belum ditingkatkan.
Padahal sepatah dua patah kata yang keluar dari lisan seorang muslim yang sudah tercahayai hatinya akan membuat gelombang- gelombang kuasanya begitu dahsyat. Bagai magnet yang menyedut manusia dari kelalaiannya dari mengingat Allah Azza wa Jalla.
Betapa banyak bukti sepanjang rentang sejarah dakwah Islamiyah, para da'i, mubaligh, ulama dan mursyid yang bersih dan tulus hatinya. Mereka memiliki kekuatan ruhiyah yang dahsyat, sehingga mampu menghujamkan kata-katanya ke lubuk hati yang legam dan keras bagai batu karang, sehingga membuahkan keinsafan, membalikkan hati orang-orang yang tengah tersesat dalam kegelapan menuju cahaya Islam, menunjukkan jalan yang lempang bagi siapapun yang sedang menyimpang dari jalan-Nya, serta menjadi jalan bertaubatnya orang-orang yang bergelimang maksiat dan berlumur dosa.
Untuk memperkuat cahaya ruhiyah, kita tidak dapat bergantung kepada orang lain. Tetapi jestru kita sendirilah yang mengikhtiarkannya, sehingga memiliki hati yang bening bersih berkat tercahayai oleh cahaya ruhiyah tadi.
Setakat ni sajalah. Illalliqo'ma'assalamah :)
Comments